Pemeo
ini mengandung makna filosofis sangat dalam agar kita tidak memandang
rendah dan meremehkan hal yang secara fisik tampak kecil. Sebab bisa
saja dibalik penampilan yang kecil tersimpan potensi yang besar. Pemeo
ini sudah beredar dikalangan masyarakat Kuningan sejak jaman kuda gigit
besi, jauh sebelum bangsa kita memperoleh kemerdekaan dari pemerintah
Kolonial Belanda.
Hal
ini bermula saat Pemerintah Kolonial Belanda mulai mewajibkan
masyarakat umum menggunakan kuda penghela delman dari jenis Equus Caballus Saboensis yang bertubuh kecil dan imut-imut agar tidak menyaingi Kuda jenis Thoroughbred asal Europa atau kuda hasil silangan Generasi ke II yang merupakan tunggangan dan penghela kereta kebesaran para penggede dimasa itu.
Ketentuan tentang penggunaan kuda jenis kacang yang mengandung unsur diskriminatif bagi para inlander ternyata membawa blessing in disguisse alias hikmah terselubung.
Betapa tidak.
Ukuran delman sebagai kendaraan umum pada masa itu memiliki ground - clearance cukup rendah. Tendangan kuda jenis teji / Generasi II yang dipakai para penggede Kolonial yang rata-rata cukup tinggi dibandingkan tinggi delman kala itu, bisa telak menghantam protective- board / papan pelindung dan jebol tepat didepan kusir/ couchierri Sedangkan
dengan kuda yang posturnya imut-imut malahan menguntungkan kusir dari
segi safety karena tendangan kakinya paling hanya mengenai ruang kosong
dikolong delman Aman. Yang luar biasa dan diluar dugaan adalah performance kuda kacang ini.
Dibalik postur tubuh yang kecil namun nampak liat ternyata tersimpan potensi luar biasa.Satwa ini mampu menunjukkan performance dari segi power, stamina, dan endurance dengan sangat mengagumkan.
Terbakar
dibawah sengatan terik matahari musim kemarau; basah kuyup diguyur
hujan lebat diseling kilatan petir dan gemuruh guntur maupun dalam
cengkeraman udara dingin pegunungan yang menggigit tulang, mereka tetap
setia dan mampu menghela delman sarat penumpang dan barang bawaannya.
Ini belum terhitung para pembonceng yang nebeng gratisan dibagian belakang .Kuda kacang ini siang malam dengan setia dan mampu berlari-lari kecil mendaki dan menuruni jalan berliku. Kala itu jalan masih merupakan tanah yang diperkeras dengan tumbukan batang kelapa.
Berdebu dimusim kemarau dan becek serta licin dikala hujan.
Alhamdulillah. Saat ini hampir semua ruas jalan di Kabupaten Kuningan sudah hot-mix. Two-thumbs up !
Kembali lagi kita berbicara mengenai kuda kacang dwarf horse jenis Equus Caballus Saboensis. Performa mereka inilah yang melahirkan pemeo Kecil – kecil Kuda Kuningan.
Kecil posturnya namun tenaganya kuat sekali.
Sebagai
masyarakat yang berbudaya dan menghargai segala sesuatu yang patut
mendapat peghargaan, maka tidaklah berkelebihan kalau masyarakat
Kabupaten Kuningan kemudian mengklaim Kuda yang imut-imut ini sebagai
Kuda Kuningan dan sekaligus menjadikan sosoknya sebagai bagian lambang
Pemerintah Daerahnya.
Eksistensi
delman dikawasan Kabupaten Kuningan secara historis tentunya tidak
lepas dari phenomena masa lalu dimana delman kala itu memiliki arti
penting sebagai salah satu factor penggerak sector perekonomian sebagai
sarana transportasi.
Sekian kurun waktu telah berlalu dan
delman sebagai traditional public- transportation dikabupaten
Kuningan yang meliputi kawasan Kuningan Kota, Ciawigebang, Kadugede,
Cilimus, ,Silebu Timbang dan Sangkanurip sampai saat ini masih eksis
ditengah gemuruhnya persaingan teknologi otomotif dalam penciptaan
kendaraan angkutan bermotor yang makin sophisticated.
Dalam hitungan jumlah melebihi bilangan diatas
delapan ratus unit yang aktif beroperasi sebagai sarana angkutan umum
dijalan raya - eksistensi delman telah mengundang pro dan kontra
dikalangan masyarakat. Bahkan sampai sekarang kedua pihak yang
bersilang pendapat belum berhasil menemukan titik temu karena phenomena
ini sarat dengan pilihan yang dilematis. Kalau delman ditiadakan lantas
bagaimana nasib para kusir / cochierri dan para pemilik delman .
Ini menyangkut AMDAS. Kalau tetap dipertahankan seperti kondisi
sekarang apa eksistensinya masih layak dan selaras dengan upaya
peningkatan kenyamanan dan keamanan berkendara sesudah semua ruas jalan berkualitas hot-mix. Ini menyangkut AMDAL.
Tanpa
bermaksud memihak kepada salah satu kelompok yang pro maupun kontra,
ada baiknya kita simak eksistensi delman di Kabupaten Kuningan saat ini.
Kita mulai dari physical appearance / penampilan fisik rata-rata secara acak.
Berdasarkan
pengamatan yang seksama hampir 90 % penampilan delman dikabupaten
Kuningan sudah sejak 12 tahun lalu sampai sekarang secara fisik memang
layak disebut memprihatinkan.
Warna
cat diseluruh bagian delman nyaris tidak terlihat lagi karena sudah
luntur dan kusam. Warna kayu tanpa polesan dan besi berkarat tampil
mendominasi penampilannya.
Pakaian kuda pun dibuat apa adanya.
Belitan
tali raffia ; tali plastik dan karung goni banyak menggantikan bahan
yang biasanya terbuat dari kulit berhiaskan kepingan ornamen logam
mengkilat. Penampung feces yang terbuat dari bekas karung
waring tidak terpasang sebagaimana mestinya. Alangkah baiknya kalau
semua delman yang ada di cat kembali agar tampil layak- pandang. Persoalannya adalah siapa yang harus mendanai.
Kita beralih ke aspek technical-construction nya.
Jangan heran kalau kita harus sakit pinggang digoyang delman yang
lingkar roda kiri dan kanannya sudah tidak benar-benar bulat lagi.
Penumpangnya dipaksa bergitek-gitek kaya penari jaipongan.sepanjang
perjalanan dari Panawuan sampai pasar Cilimus. Bukan hanya penumpang
yang tersiksa. Kuda penghela pun ikut menderita karena ada delman yang
posisi boom kayu pengapit kudanya. sudah tidak sejajar dengan
badan delman. Mencong kekiri. Kuda harus menyesuaikan arah laju delman
agar lurus dengan berjuang menahan kabin delman supaya tidak mengikuti
arah boom kebahu jalan.. Seperti kita mengendarai mobil yang setirnya
berat sebelah. Bahu terasa pegel tentunya. Penumpang dan kudanya
sama-sama pegel dan tidak nyaman. Disamping kesulitan dana, bengkel
delman pun kini nyaris langka. Tidak ada regenerasi pengrajin delman.
Untuk kawasan Cilimus dan sekitarnya hanya tinggal Abah Arba yang sudah sepuh dan masih setia membuka bengkel delmannya dikawasan Sangkanurip.
Sekarang kita tinjau aspek safety nya.
Kita semua tahu bahwa kondisi kendaraan yang
beroperasi dijalan umum seharusnya memenuhi persyaratan teknis karena
berkaitan erat dengan aspek keselamatan para pengguna jalan raya. Setiap
kendaraan umum harus mampu ber manoeuver dengan baik. Bisa maju kearah depan.Mundur kearah belakang.Mampu menambah dan mengurangi kecepatan sesuai kondisi dan situasi.
Dapat
diberhentikan secara mendadak pada saat yang diperlukan.Berhenti total
dan aman saat diparkir. Ini semua mudah diterapkan pada kendaraan bermotor yang digerakkan dengan mesin. Mau pakai mesin yang berkekuatan seratus atau duaratus tenaga kuda /H.P-Horse-power / P.K-Paardekracht
tidak jadi masalah. Tetapi delman memiliki karakteristik yang tidak
boleh disamakan dengan kendaraan bermotor. Delman hanya memiliki satu
Tenaga Kuda - Satu Horse-power.Tetapi jangan lupa. Tenaga kuda disini benar-benar berasal dari kuda beneran.
Kuda
sebagai satwa yang memiliki nyawa; memiliki rasa dan karsa yang
kadangkala tidak sejalan dengan pengemudinya.Kalau lagi tidak mood
bisa mogok atau yang lebih parah, ya kabur.Banyak hal yang kiranya
masih harus diingat kembali oleh para pemegang otoritas perijinan
pengoperasi delman dijalan raya. Delman harus dilengkapi dengan bel
tanda peringatan.Tidak perlu made-in Belgium seperti jaman dulu yang kini menjadi incaran kolektor barang antik dengan harga jutaan.Cukup bel sepeda. Kring-kring-kring. . Bat
seperti milik Petugas pemberangkatan Kereta Api untuk tanda berbelok
kiri dan kanan merupakan perlengkapan yang harus ada supaya kalau
berbelok tidak nyelonong begitu saja.
Lampu penerangan delman untuk operasi malam harus ada yang terpasang. Kalau mau murah meriah cukup pakai reflektor kertas scotch-light dibentuk bulatan warna merah ditempel di splash-board bagian belakang kiri-kanan dan kuning di protective-board didepan kusir Tertimpa sorot lampu kendaraan bermotor pasti leb-leb.Aman
dan murah meriah. Ini bisa dijadikan proyek Bhakti Sosial kemanusiaan
yang bagus dan bermanfaat bagi masayarakat . Organisasi Sosial
Kemasyarakatan yang berminat meyyelenggarakan Bhakti Sosial tinggal
beli stiker reflektor berbahan scotch-light warna merah dan kuning..Cetak
pakai jangka. Ser-ser lantas digunting.Kres-kres. Kalau sudah siap
mulailah turun kejalan. Dengan pasang senyum yang tulus dari lubuk hati
yang paling dalam , hentikan setiap delman yang lewat. Bagikan selebaran
berisi peraturan dan tata tertib berlalu lintas. Mintakan ijin
pengemudinya untuk memasang stiker reflector dibagian depan dan
belakang delmannya. Awas jangan sampai terbalik memasang. Bulatan yang
kuning dibagian depan dan merah dibagian belakang. Soalnya sekarang ini
ada saja pemilik kendaraan bermotor yang edan. Memasang lampu kecil warna merah dibagian depan dan warna kuning dibagian belakang kendaraannya. Bikin bingung pengendara kendaraan lainnya. Ini kendaraan lagi maju apa mundur.
Perlu kiranya diketahui bahwa setiap kuda memiliki sifat berbeda-beda..
Ada
kuda penurut yang mau menuruti perintah kusirnya tanpa banyak cincong.
Ada yang sifatnya keras. Maunya lari saja sehingga kusir bisa pegel-pegel menahan tali kekang kudanya supaya tidak kabur. Untuk kuda jenis ini biasanya dipasangi double-rein atau dobel lis yang menghubungkan kendali besi dimulut kuda dengan tali pendek dan disangkutkan melingkar ketat keleher kuda.
Guna
memperoleh tenaga untuk kabur kuda biasanya menjulurkan lehernya keatas
dan kebawah dengan leluasa..Dengan tertahan oleh dobel lis tadi
paling-paling kuda malah jadi menari-nari dan ngarenggong.Asyik dilihat dan aman.
Satu hal yang juga perlu kita ketahui bahwa ada sebagian kuda yang penakut alias borangan
saat melihat atau berpapasan dengan jenis kendaraan tertentu dijalan
raya. Kuda ini bisa saja tiba- tiba berhenti mendadak; mogok;mundur;
menyimpang kekiri; kekanan dan bahkan kabur kala berpapasan dengan bus;
truk atau trailer berukuran besar. Makanya jangan heran kalau suatu
saat kita naik delman yang mata kudanya ditutup gombal dan bergerak
hanya dengan menyandarkan gerak tali kekang. Kuda yang memiliki sifat
ini seyogyanya dilarang beroperasi.
Dibeberapa daerah diluar Kabupaten Kuningan nampaknya sudah tidak ada calon penumpang yang mau naik delman ditarik kuda borangan dengan ciri mata ditutup gombal. Supaya mata kuda borangan tidak perlu ditutup gombal karena bakal dijauhi calon penumpang, ada pemilik kuda yang edan yang
tega menyiramkan spiritus bahkan cuka biang kemata kuda agar kuda
menjadi buta walaupun matanya terlihat masih melek . Memang kejam dan savage.
Akhir-akhir ini ditengarai banyak kuda yang tergolong afgekeurd masuk kewilayah tertentu di Kabupaten Kuningan .
Kuda
yang demikian dapat dibedakan dari kuda sehat kala kita melihat postur
tubuhnya yang kurus dengan leher menjulur seperti angsa nyosor dan berlari terseok-seok bahkan termehek-mehek menghela delman sarat penumpang. Ini belum terhitung kecelakaan kecil
yang seringkali terjadi akibat kuda penghela tiba-tiba tersungkur dan
penumpangnya jungkir balik berjumpalitan tumpah kedepan . Penyebabnya
adalah karena kurangnya perawatan dan pemeliharaan terhadap kuda. Bagaimana mungkin kaki kuda tidak teklok kalau
ransum makanannya pas-pasan. Dibeberapa daerah secara tradisional ada
kiat agar sewaktu beroperasi kuda delman tidak membuang air kecil. Jatah
minum sang kuda dikurangi semaksimal mungkin.Kasihan memang. Tetapi apa
mau dikata daripada serombongan mojang bareng jajaka calon penumpang
batal naik, karena disuguhi pemandangan seronok saat kuda delman- yang
kebanyakan jantan - buang air kecil dimuka umum..Pasti pada blingsatan
dan tersipu-sipu..
Kiat ini berlaku secara universal.
Kuda
militer disatuan Elit Kavaleri Berkuda disemua negara didunia pada saat
mau dipakai upacara Gelar Pasukan dihadapan para Pembesar Militer,
mendapat jatah minum yang minim agar tidak menghadirkan insiden yang
seronok. Bahkan tidak hanya insiden buang air kecil saja yang dihindari.
Insiden buang air besar akan berakibat lebih parah. Ada preparat khusus
yang diberikan kepada kuda militer agar tidak menghadirkan insiden
seronok. Namun kadangkala ini dirasa tidak cukup.. Supaya lebih aman –
daripada dapat hadiah hukuman push-up seratus kali dari komandan –
terpaksa dengan menggunakan sarung tangan dirogoh saja dari dalam perut
kuda Kiat yang demikian biasa dilakukan bahkan dilingkungan Pasukan
Elit Berkuda R.C.M.P – Royal Canadian Mounted Police dan Pasukan Pengawal Berkuda Kerajaan Inggris Raya..
Faktor perawatan kuda delman tidak terlepas dari faktor safety bagi para penumpang dan pengguna jalan raya ,disamping tentu saja mental attitude
dari para kusir itu sendiri. Kecelakaan yang terjadi pada pengoperasian
kendaraan bermotor penyebebnya bisa langsung ditimpakan pada 2 faktor.
Yakni kondisi hardwares dan brainwares pengemudinya. Tidak demikian
dengan pengoperasian delman. Pada delman ada 3 faktor yang menyangkut
safetynya yakni. Hardwares- Human brain-wares dan Animal brain-wares.Wah agak repot juga jadinya kalau penyelidikan atas kecelakaan yang melibatkan delman disimpulkan karena factor Animal brain-ware . Karena animal- error apakah lantas kudanya yang yang harus dihukum . Memang agak repot .Tetapi inilah konsekuensi nya. Seperti accident
yang terjadi beberapa minggu lalu dikawasan salah satu kompleks
perumahan di Cilimus. Kuda delman yang sedang diparkir dan ditinggal
kusirnya minum kopi terkejut mendengar letusan balon karet anak-anak
.Langsung lari kabur berbalik arah dan menghantam bagian belakang mobil
baru yang masih kinyis-kinyis.Ya hancur. Untung berhenti karena menabrak
mobil parkir. Bagaimana jadinya kalau sang kuda terus kabur dan lari sataker-kebek
balik kandang lewat jalan raya. Terbayang betapa ngerinya kalau sampai
menyambar gerobak bakso,menabrak anak-anak sekolah, melindas pengendara
sepeda motor.
Pada masa sekarang ini lantas siapa yang harus dipersalahkan. Dimasa Pemerintahan Hindia Belanda dulu ada Hinder-ordonantie
yang mengancam kusir delman dengan hukuman badan apabila memperlakukan
kudanya dengan semena -mena seperti memukuli kuda tidak dengan cambuk
khusus; memasang pakaian kuda yang mengakibatkan kudanya luka lecet
;melakukan pelanggaran atas peraturan kseselamatan berlalu-lintas dan
lain sebagainya.
Tujuan
akhir dari tulisan ini adalah bahwa kita semua setuju atau tidak–
khususnya Instansi pemegang Otoritas Perijinan Pengoperasian Kendaraan
Umum – seyogyanya sudah mulai secara bersungguh-sungguh kembali
membenahi hal-hal yang penting seputar eksistensi delman yang akhirnya
harus mengerucut kepada perbaikan dan peningkatan jasa layanan angkutan
umum dikabupaten Kuningan. Memang pilihan seputar perlu atau tidaknya
delman dipertahankan di Kabupaten Kuningan merupakan hal yang dilematis
bagi semua pihak.. Namun demikian sebelum disepakati apapun yang
menjadi pilihan antara tetap dipertahankan atau ditiadakannya delman
dikabupaten Kuningan, seharusnya marilah kita tetap menghargai komunitas
pengemudi delman dan species satwa Kuda yang ada sekarang ini
sebagaimana kita menghargai kelompok lainnnya didalam masyarakat kita.
Mereka
sebagaimana kita pada umumnya masih memerlukan perhatian; pembinaan
dan bimbingan agar menjadi warga yang patuh hukum dan tidak kebal hukum.
Mereka perlu diingatkan dengan tegas bahwa melaju melawan arus
kendaraan dijalur satu arah akan sangat membahayakan pengguna jalan umum
dan dirinya sendiri. Demikian pula perlunya memasang sticker
Scotch-light merah kuning dibadan delman, syukur kalau bisa melengkapi
delmannya dengan lampu penerangan; merapikan pakaian kudanya, melengkapi
delmannya dengan bel;.memasang dobel lis, memiliki bat penunjuk arah, memasang penampung feces dengan
baik dan benar, tidak mengkaryakan kuda yang borangan memperbaharui
cat, memperbaiki konstruksi dan merawat kuda peliharaannya dengan kasih
sayang.
Untuk
mempercepat proses ini maka kita harus mampu menjawab pertanyaan klasik
yang sama. Yakni siapa yang bakal membiayai semua ini. Dengan tidak
mengesampingkan semua persoalan diatas, para pemilik kuda dikabupaten
Kuningan pantas bersyukur karena akhir-akhir ini event Pacuan Kuda
sudah digalakkan untuk merangsang para pemilik kuda guna memelihara
satwanya dengan lebih baik untuk diikut sertakan dalam event yang
diselenggarakan Pemerintah Daerah.
Salut kepada komunitas pemilik dan pecinta kuda serta Pemerintah Kabupaten Kuningan yang mulai menggalakkan Olahraga Berkuda. Horse-riding is the King of sport and The sport of Kings.- Berkuda adalah Rajanya Olah-raga dan Olah-raga nya para Raja.
Semoga eksistensi delman di Kabupaten Kuningan- kalau masih bisa dibenahi dan ditingkatkan sebagai sarana angkutan umum yang bersih aman dan nyaman - dapat menjadi ciri khas Kabupaten Kuningan dan layak mendapatkan penghargaan sebagaimana sosok Equus Caballus Saboensis – Si Kuda Kuningan- yang menjadi bagian dari lambang Pemerintah Kabupaten Kuningan.
Tengok
saja betapa eloknya patung sepasang kuda putih yang siap menyambut
hangat para pendatang dari dalam dan luar Wilayah Kabupaten Kuningan di
Gerbang Cirendang - walaupun kuda yang mengapit gerbang disebelah kanan
jalan arah ke kota Kuningan SEMPAT lima tahun yang lalu BUNTUNG
ekornya, dan baru di perbaiki baru-baru ini.
Salam,
Tommy Henanda Hayate
Salam,
Tommy Henanda Hayate
Tidak ada komentar:
Posting Komentar