Kamis, 04 Juli 2013

Kecil-kecil Kuda Kuningan

Masyarakat kita  yang berasal atau berdomisili diwilayah Jawa Barat  tentunya  seringkali mendengan pemeo “ Kecil – kecil Kuda Kuningan, biar kecil jangan disepelekan…”

Pemeo ini  mengandung makna filosofis sangat  dalam agar kita tidak memandang rendah dan meremehkan hal yang secara fisik tampak kecil. Sebab bisa saja dibalik penampilan yang kecil tersimpan potensi yang besar. Pemeo ini sudah beredar dikalangan masyarakat Kuningan sejak jaman kuda gigit besi, jauh sebelum bangsa kita memperoleh kemerdekaan dari pemerintah Kolonial Belanda.

Hal ini bermula saat Pemerintah Kolonial Belanda  mulai mewajibkan masyarakat umum  menggunakan   kuda penghela delman dari jenis Equus Caballus Saboensis yang bertubuh kecil dan imut-imut agar  tidak menyaingi Kuda jenis Thoroughbred asal Europa  atau kuda hasil silangan Generasi ke II yang merupakan tunggangan dan penghela kereta  kebesaran para penggede dimasa itu.

Ketentuan tentang penggunaan kuda jenis kacang yang mengandung unsur diskriminatif  bagi  para inlander ternyata membawa blessing in disguisse alias hikmah terselubung.

Betapa tidak.
Ukuran delman sebagai kendaraan umum  pada masa itu memiliki ground - clearance cukup rendah. Tendangan kuda jenis teji / Generasi II yang dipakai para penggede Kolonial yang rata-rata cukup tinggi dibandingkan tinggi delman kala itu, bisa telak menghantam protective- board / papan pelindung dan jebol tepat didepan kusir/ couchierri Sedangkan dengan kuda yang posturnya imut-imut malahan  menguntungkan kusir dari segi safety karena tendangan kakinya paling hanya mengenai ruang kosong dikolong delman   Aman. Yang luar biasa dan diluar  dugaan adalah performance kuda kacang ini.

Dibalik postur tubuh yang kecil namun nampak liat ternyata tersimpan potensi luar biasa.Satwa ini  mampu menunjukkan performance dari segi power,  stamina, dan endurance dengan sangat mengagumkan.

Terbakar dibawah sengatan terik matahari musim kemarau; basah kuyup diguyur hujan lebat  diseling kilatan  petir dan gemuruh guntur maupun dalam cengkeraman udara dingin pegunungan yang menggigit  tulang, mereka tetap setia dan mampu menghela delman  sarat penumpang dan barang bawaannya. Ini belum terhitung para  pembonceng yang nebeng gratisan dibagian belakang .Kuda kacang ini siang malam  dengan setia dan mampu berlari-lari kecil mendaki dan menuruni jalan berliku. Kala itu jalan masih merupakan tanah yang diperkeras dengan tumbukan batang kelapa.

Berdebu dimusim kemarau dan becek serta licin dikala hujan.
Alhamdulillah. Saat ini hampir semua ruas jalan di Kabupaten Kuningan sudah hot-mix. Two-thumbs up !

Kembali lagi kita berbicara mengenai  kuda kacang dwarf horse jenis Equus Caballus Saboensis. Performa mereka inilah yang melahirkan pemeo Kecil – kecil Kuda Kuningan.
Kecil posturnya namun tenaganya kuat sekali.
Sebagai masyarakat yang berbudaya dan menghargai segala sesuatu yang patut mendapat peghargaan, maka tidaklah berkelebihan kalau masyarakat Kabupaten Kuningan kemudian mengklaim Kuda yang imut-imut ini sebagai Kuda Kuningan  dan sekaligus menjadikan sosoknya sebagai bagian lambang  Pemerintah Daerahnya.

Eksistensi delman dikawasan Kabupaten Kuningan  secara historis tentunya tidak lepas dari phenomena masa lalu dimana delman kala itu memiliki arti penting sebagai salah satu factor penggerak sector perekonomian sebagai sarana transportasi.
Sekian kurun waktu telah berlalu dan
delman sebagai  traditional public- transportation dikabupaten Kuningan  yang meliputi kawasan Kuningan Kota, Ciawigebang, Kadugede, Cilimus, ,Silebu Timbang dan Sangkanurip sampai saat ini masih eksis ditengah gemuruhnya persaingan teknologi otomotif dalam penciptaan kendaraan angkutan bermotor  yang makin sophisticated.

Dalam hitungan jumlah  melebihi bilangan diatas delapan ratus  unit yang aktif beroperasi sebagai sarana angkutan umum dijalan raya - eksistensi delman telah mengundang pro dan kontra dikalangan masyarakat. Bahkan  sampai sekarang kedua pihak yang bersilang pendapat belum berhasil menemukan titik temu karena phenomena ini sarat dengan pilihan yang dilematis. Kalau delman ditiadakan lantas bagaimana nasib para kusir / cochierri dan para pemilik delman . Ini menyangkut AMDAS. Kalau tetap dipertahankan seperti kondisi sekarang apa eksistensinya masih layak dan selaras dengan upaya peningkatan kenyamanan dan keamanan berkendara sesudah semua ruas jalan berkualitas hot-mix. Ini menyangkut AMDAL.

Tanpa bermaksud memihak kepada salah satu kelompok yang pro maupun kontra, ada baiknya kita simak eksistensi delman di Kabupaten Kuningan saat ini.

Kita mulai dari physical appearance / penampilan fisik rata-rata  secara acak.
Berdasarkan pengamatan yang seksama hampir 90 % penampilan delman dikabupaten Kuningan sudah sejak 12 tahun lalu sampai sekarang secara fisik memang layak disebut memprihatinkan.

Warna cat diseluruh bagian delman nyaris tidak terlihat lagi karena sudah luntur dan kusam. Warna kayu tanpa polesan dan besi berkarat tampil mendominasi penampilannya.
Pakaian kuda pun dibuat  apa adanya.
Belitan tali raffia ; tali plastik dan karung goni  banyak menggantikan bahan yang biasanya terbuat dari kulit berhiaskan kepingan ornamen logam mengkilat. Penampung feces yang terbuat dari bekas karung waring tidak terpasang sebagaimana mestinya. Alangkah baiknya kalau semua delman yang ada di cat kembali agar tampil layak- pandang. Persoalannya adalah siapa yang harus mendanai.

Kita beralih ke aspek technical-construction nya. Jangan heran kalau kita harus sakit pinggang digoyang delman yang lingkar roda kiri dan kanannya sudah tidak benar-benar bulat lagi. Penumpangnya dipaksa bergitek-gitek kaya penari jaipongan.sepanjang perjalanan dari Panawuan sampai pasar Cilimus. Bukan hanya penumpang yang tersiksa. Kuda penghela pun ikut menderita karena ada delman yang posisi boom kayu pengapit kudanya. sudah tidak sejajar dengan badan delman. Mencong kekiri. Kuda harus menyesuaikan arah laju delman agar lurus dengan berjuang menahan kabin delman supaya tidak mengikuti arah boom kebahu jalan.. Seperti kita mengendarai mobil yang setirnya berat sebelah. Bahu terasa pegel tentunya. Penumpang dan kudanya sama-sama pegel dan tidak nyaman. Disamping kesulitan dana, bengkel delman pun kini nyaris langka. Tidak ada regenerasi pengrajin delman. Untuk kawasan Cilimus dan sekitarnya hanya tinggal  Abah Arba yang sudah sepuh dan masih setia membuka bengkel delmannya dikawasan Sangkanurip.

Sekarang kita tinjau aspek safety nya.
Kita semua tahu bahwa kondisi kendaraan yang beroperasi dijalan umum seharusnya memenuhi persyaratan teknis karena berkaitan erat dengan aspek keselamatan para pengguna jalan raya. Setiap kendaraan umum harus mampu ber manoeuver dengan baik. Bisa maju kearah depan.Mundur kearah belakang.Mampu menambah dan mengurangi kecepatan sesuai kondisi dan situasi.

Dapat diberhentikan secara mendadak pada saat yang diperlukan.Berhenti total dan aman saat diparkir. Ini semua mudah diterapkan pada kendaraan bermotor yang digerakkan dengan mesin. Mau pakai mesin yang berkekuatan seratus atau duaratus tenaga kuda /H.P-Horse-power / P.K-Paardekracht tidak jadi masalah. Tetapi delman memiliki karakteristik yang tidak boleh disamakan dengan kendaraan bermotor. Delman hanya memiliki satu Tenaga Kuda - Satu Horse-power.Tetapi jangan lupa. Tenaga kuda disini benar-benar berasal dari kuda beneran.

Kuda sebagai satwa yang memiliki nyawa; memiliki rasa dan karsa yang kadangkala tidak sejalan dengan pengemudinya.Kalau lagi tidak mood bisa mogok atau yang lebih parah, ya kabur.Banyak hal yang kiranya masih harus diingat kembali oleh para pemegang otoritas perijinan pengoperasi delman dijalan raya. Delman harus dilengkapi dengan bel tanda peringatan.Tidak perlu made-in Belgium seperti jaman dulu yang kini menjadi incaran kolektor barang  antik dengan harga jutaan.Cukup bel sepeda. Kring-kring-kring. . Bat seperti milik Petugas  pemberangkatan Kereta Api untuk tanda berbelok kiri dan kanan merupakan perlengkapan yang harus ada supaya kalau berbelok tidak nyelonong begitu saja.

Lampu penerangan delman untuk operasi malam harus ada yang terpasang. Kalau mau murah meriah cukup pakai reflektor kertas scotch-light dibentuk bulatan warna merah ditempel di splash-board bagian belakang kiri-kanan dan kuning di protective-board didepan kusir Tertimpa sorot lampu kendaraan bermotor pasti leb-leb.Aman dan murah meriah. Ini bisa dijadikan proyek Bhakti Sosial kemanusiaan yang bagus dan bermanfaat bagi masayarakat . Organisasi Sosial  Kemasyarakatan  yang berminat meyyelenggarakan Bhakti Sosial tinggal beli stiker reflektor berbahan scotch-light warna merah dan kuning..Cetak pakai jangka. Ser-ser lantas digunting.Kres-kres. Kalau sudah siap mulailah turun kejalan. Dengan pasang senyum yang tulus dari lubuk hati yang paling dalam , hentikan setiap delman yang lewat. Bagikan selebaran berisi peraturan dan tata tertib berlalu lintas. Mintakan ijin pengemudinya  untuk memasang stiker reflector dibagian depan dan belakang delmannya. Awas jangan sampai terbalik memasang. Bulatan yang kuning dibagian depan dan merah dibagian belakang. Soalnya sekarang ini ada saja pemilik kendaraan bermotor yang edan. Memasang lampu kecil warna merah dibagian depan dan warna kuning dibagian belakang kendaraannya. Bikin bingung pengendara kendaraan lainnya. Ini kendaraan lagi maju apa mundur.

Perlu kiranya diketahui bahwa setiap kuda memiliki sifat berbeda-beda..
Ada kuda penurut yang mau menuruti perintah kusirnya tanpa banyak cincong. Ada yang sifatnya keras. Maunya lari saja sehingga kusir bisa pegel-pegel menahan  tali kekang kudanya supaya tidak kabur. Untuk kuda jenis ini biasanya dipasangi double-rein atau dobel lis yang menghubungkan kendali besi dimulut kuda dengan tali pendek dan disangkutkan melingkar ketat keleher kuda.

Guna memperoleh tenaga untuk kabur kuda biasanya menjulurkan lehernya keatas dan  kebawah dengan leluasa..Dengan tertahan oleh dobel lis tadi paling-paling kuda malah jadi menari-nari dan ngarenggong.Asyik dilihat dan aman.

Satu hal yang juga perlu kita ketahui bahwa ada sebagian kuda yang penakut alias borangan saat melihat atau berpapasan dengan  jenis kendaraan  tertentu dijalan raya. Kuda ini bisa saja tiba- tiba berhenti mendadak; mogok;mundur;  menyimpang kekiri; kekanan dan bahkan kabur kala berpapasan dengan bus; truk atau trailer berukuran besar. Makanya jangan heran kalau suatu saat kita naik delman yang mata kudanya ditutup gombal dan bergerak hanya dengan menyandarkan gerak tali kekang. Kuda yang memiliki sifat ini seyogyanya dilarang beroperasi.

Dibeberapa daerah diluar Kabupaten Kuningan nampaknya sudah tidak ada calon penumpang yang mau naik delman ditarik kuda borangan dengan ciri mata ditutup gombal. Supaya mata kuda borangan tidak perlu ditutup gombal karena bakal dijauhi calon penumpang, ada pemilik kuda yang edan yang tega menyiramkan spiritus bahkan cuka biang kemata kuda agar kuda menjadi buta walaupun matanya  terlihat masih melek . Memang kejam dan savage.

Akhir-akhir ini ditengarai banyak kuda yang tergolong afgekeurd masuk kewilayah tertentu di Kabupaten Kuningan .
Kuda yang demikian dapat dibedakan dari kuda sehat kala kita melihat postur tubuhnya yang kurus dengan leher menjulur seperti angsa nyosor dan berlari terseok-seok bahkan termehek-mehek menghela delman sarat penumpang. Ini belum terhitung kecelakaan kecil yang seringkali terjadi akibat kuda penghela tiba-tiba tersungkur dan penumpangnya jungkir balik berjumpalitan tumpah kedepan . Penyebabnya adalah  karena kurangnya perawatan dan pemeliharaan terhadap kuda. Bagaimana mungkin kaki kuda tidak teklok kalau ransum makanannya pas-pasan. Dibeberapa daerah secara tradisional ada kiat agar sewaktu beroperasi kuda delman tidak membuang air kecil. Jatah minum sang kuda dikurangi semaksimal mungkin.Kasihan memang. Tetapi apa mau dikata daripada serombongan mojang bareng jajaka calon penumpang batal naik, karena disuguhi pemandangan seronok saat kuda delman- yang kebanyakan jantan - buang air kecil dimuka umum..Pasti pada blingsatan dan tersipu-sipu..

Kiat ini berlaku secara universal.
Kuda militer disatuan Elit Kavaleri Berkuda disemua negara didunia pada saat mau dipakai upacara Gelar Pasukan dihadapan para Pembesar Militer, mendapat jatah minum yang minim agar tidak menghadirkan insiden yang seronok. Bahkan tidak hanya insiden buang air kecil saja yang dihindari. Insiden buang air besar akan berakibat lebih parah. Ada preparat khusus yang diberikan kepada kuda militer agar tidak menghadirkan insiden seronok. Namun kadangkala ini dirasa tidak cukup.. Supaya lebih aman – daripada dapat hadiah hukuman  push-up seratus kali dari komandan – terpaksa dengan menggunakan sarung tangan  dirogoh saja dari dalam perut kuda Kiat yang demikian  biasa dilakukan bahkan dilingkungan  Pasukan Elit Berkuda R.C.M.P – Royal Canadian Mounted Police dan Pasukan Pengawal Berkuda Kerajaan Inggris Raya..

Faktor perawatan kuda delman tidak terlepas dari faktor safety bagi para penumpang dan pengguna jalan raya ,disamping tentu saja mental attitude dari para kusir itu sendiri. Kecelakaan yang terjadi pada pengoperasian kendaraan bermotor penyebebnya bisa langsung ditimpakan pada 2 faktor. Yakni kondisi hardwares dan brainwares pengemudinya. Tidak demikian dengan pengoperasian delman. Pada delman ada 3 faktor yang menyangkut safetynya yakni. Hardwares- Human brain-wares dan Animal brain-wares.Wah agak repot juga jadinya kalau penyelidikan atas kecelakaan yang melibatkan delman disimpulkan karena factor Animal brain-ware . Karena animal- error apakah lantas kudanya yang yang harus dihukum . Memang agak repot .Tetapi inilah konsekuensi nya. Seperti accident yang terjadi beberapa minggu lalu dikawasan salah satu kompleks perumahan di Cilimus. Kuda delman yang sedang diparkir dan ditinggal kusirnya minum kopi terkejut mendengar letusan balon karet anak-anak .Langsung lari kabur berbalik arah dan menghantam bagian belakang mobil baru yang masih kinyis-kinyis.Ya hancur. Untung berhenti karena menabrak mobil parkir. Bagaimana jadinya kalau sang kuda terus kabur dan lari sataker-kebek balik kandang lewat jalan raya. Terbayang betapa ngerinya kalau sampai menyambar gerobak bakso,menabrak anak-anak sekolah, melindas pengendara sepeda motor.

Pada masa sekarang ini lantas siapa yang harus dipersalahkan. Dimasa Pemerintahan Hindia  Belanda dulu ada Hinder-ordonantie yang mengancam kusir delman dengan hukuman badan apabila memperlakukan kudanya dengan semena -mena seperti memukuli kuda tidak dengan cambuk khusus; memasang pakaian kuda yang mengakibatkan kudanya luka lecet ;melakukan  pelanggaran atas peraturan kseselamatan berlalu-lintas dan lain sebagainya.

Tujuan akhir  dari tulisan ini adalah bahwa kita semua setuju atau tidak– khususnya Instansi pemegang Otoritas Perijinan Pengoperasian  Kendaraan Umum – seyogyanya sudah mulai secara bersungguh-sungguh kembali membenahi hal-hal yang penting seputar eksistensi delman  yang akhirnya harus  mengerucut kepada perbaikan dan peningkatan jasa layanan angkutan umum dikabupaten Kuningan. Memang pilihan seputar perlu atau tidaknya delman dipertahankan di Kabupaten Kuningan merupakan  hal yang dilematis bagi semua pihak.. Namun demikian sebelum disepakati apapun yang menjadi pilihan antara tetap dipertahankan atau ditiadakannya delman dikabupaten Kuningan, seharusnya marilah kita tetap menghargai komunitas pengemudi delman dan species satwa Kuda yang ada sekarang ini sebagaimana kita menghargai kelompok lainnnya didalam masyarakat kita.

Mereka sebagaimana kita pada umumnya masih memerlukan  perhatian; pembinaan dan bimbingan agar menjadi warga yang patuh hukum dan tidak kebal hukum. Mereka perlu diingatkan dengan tegas bahwa melaju melawan arus kendaraan dijalur satu arah akan sangat membahayakan pengguna jalan umum dan dirinya sendiri. Demikian pula perlunya memasang sticker Scotch-light merah kuning dibadan delman, syukur kalau bisa  melengkapi delmannya dengan lampu penerangan; merapikan pakaian kudanya, melengkapi delmannya dengan bel;.memasang dobel lis, memiliki bat penunjuk arah, memasang penampung feces dengan baik dan benar, tidak mengkaryakan kuda yang borangan memperbaharui cat, memperbaiki konstruksi dan merawat kuda peliharaannya dengan kasih sayang.

Untuk mempercepat proses ini maka kita harus mampu menjawab pertanyaan klasik yang sama. Yakni siapa yang bakal membiayai semua ini. Dengan tidak mengesampingkan semua persoalan diatas,  para pemilik kuda dikabupaten Kuningan pantas bersyukur karena akhir-akhir ini  event Pacuan Kuda sudah digalakkan untuk merangsang para pemilik kuda guna memelihara satwanya dengan lebih baik untuk diikut sertakan dalam event yang diselenggarakan Pemerintah Daerah.

Salut kepada komunitas pemilik dan pecinta kuda serta Pemerintah  Kabupaten Kuningan yang mulai menggalakkan Olahraga Berkuda.  Horse-riding is the King of sport and The sport of Kings.- Berkuda adalah Rajanya Olah-raga dan Olah-raga nya para Raja.

Semoga eksistensi delman  di Kabupaten Kuningan- kalau masih bisa dibenahi dan ditingkatkan sebagai sarana angkutan umum yang bersih aman dan nyaman - dapat menjadi ciri khas  Kabupaten Kuningan  dan layak mendapatkan penghargaan sebagaimana sosok Equus Caballus Saboensis – Si Kuda Kuningan- yang menjadi bagian dari lambang  Pemerintah Kabupaten Kuningan.

Tengok saja betapa eloknya patung  sepasang kuda putih yang siap menyambut hangat para pendatang dari dalam dan luar Wilayah Kabupaten Kuningan  di Gerbang Cirendang - walaupun kuda yang mengapit gerbang disebelah kanan jalan arah ke kota Kuningan SEMPAT lima tahun yang  lalu BUNTUNG ekornya, dan baru di perbaiki baru-baru ini.

Salam,
Tommy Henanda Hayate

Tidak ada komentar:

Posting Komentar